Pada era tahun 1970-an, Pulau Batam telah mulai ditetapkan oleh pemerintah sebagai kawasan berikat. Ini merupakan moment penting dan sebagai babak baru pulau Batam memasuki era indutrialisasi. Pulau Batam pun mulai dirancang menuju perubahan, dari hutan belantara menjadi cikal bakal kota dan industrialisasi modern yang bertaraf internasional, Dan oleh Bapak Habibie di Era tahun 1990, mencanangkan bahwa Batam kelak akan menjadi Bagian dari Kota Dunia yang modern.
Perempuan kelahiran Pare-Pare, 8 Oktober 1938 ini, yang tidak lain adalah Isteri Bapak Mayjen. TNI Soedarsono Darmosoewito, yang ketika itu menjabat sebagai Ketua Badan Pelaksana (Kabalak) Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam, mencoba membangun sebuah institusi pendidikan yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat batam dalam mengenyam pendidikan yang berkualitas.
Bersama beberapa isteri pejabat di lingkungan Otorita Batam, di antaranya Ny. Anwar Hippy, Ny. T. Soelardjono, Ny. Rudiono, Ny. Erika Panjaitan, Ibu Dar berinisitif mendirikan Ikatan Keluarga Batam (IKB) pada tanggal 28 Desember 1978.
Pada awalnya IKB adalah organisasi yang didirikan dari dan untuk masyarakat Batam. Artinya, semua warga atau penduduk kota Batam adalah termasuk orang IKB, sehingga semua mereka berhak dan wajib berperanserta dalam mensukseskan program-program IKB.
Pada Tanggal 21 April 1979, bertepatan dengan peringatan 100 tahun kelahiran RA. Kartini, Ibu Dar, atas nama IKB mengajukan proposal kepada pertamina untuk mengambil alih semua sekolah Pertamina yang ada di Batam untuk dikelola dan diadakan perbaikan mutu dan kulitas layanan pendidikan. Saat itulah Semua sekolah dirubah namanya menjadi “Sekolah Kartini” sampai saat sekarang.